Disusun Oleh : Iko Hardianto, Kesuma, Masjoko, Tedi
A. Pengaruh komunikasi massa terhadap
masyarakat dan budaya
Komunikasi massa adalah proses dimana organisasi media membuat
dan menyebarkan pesan kepada khalayak banyak (publik).
Organisasi - organisasi media ini akan
menyebarluaskan pesan-pesan yang akan memengaruhi dan mencerminkan kebudayaan suatu
masyarakat, lalu informasi ini akan mereka hadirkan serentak pada khalayak luas
yang beragam. Hal ini membuat media menjadi bagian dari salah satu institusi
yang kuat di masyarakat.
Dalam komunikasi masa, media masa
menjadi otoritas tunggal yang menyeleksi, memproduksi pesan, dan
menyampaikannya pada khalayak.
B. Pengaruh Perkembangan Media Massa
Terhadap Masyarakat
Pengaruh yang ditimbulkan media
massa berdasarkan teori kontemporer Pengaruh media terhadap masyarakat telah
menumbuhkan pembaharuan-pembaharuan yang cepat dalam masyarakat. Pembaharuan
yang berwujud perubahan ada yang ke arah negatif dan ada yang ke arah
positif. Pengaruh media tersebut berkaitan dengan aspek-aspek lain
seperti sifat komunikator, isi/informasi dari media itu sendiri, serta
tanggapan dari masyarakat.
Sadar atau tidak sadar masyarakat
sering dipengaruhi oleh media massa, misalnya media membujuk untuk menggunakan
suatu produk tertentu ataupun secara tidak langsung membujuk untuk mendukung
ideologi politik tertentu maupun partai tertentu. Sehubungan dengan hal
tersebut, ada beberapa teori kontemporer yang berkaitan dengan pengaruh
komunikasi massa yang digolongkan dalam empat bagian, yaitu:
Teori perbedaan Individu, Menurut
teori ini terdapat kecendrungan baru dalam pembentukan watak sesorang melalui
proses belajar. Adanya perbedaan pola pikir dan motivasi didasarkan pada
pengalaman belajar. Perbedaan individu disebabkan karena perbedaan lingkungan
yang menghasilakan perbedaan pandangan dalam menghadapi sesuatu. Lingkungan
akan mempengaruhi sikap, nilai-nilai serta kepercayaan yang mendasari
kepribadian mereka dalam menaggapi informasi yang datang. Dengan demikian
pengaruh media terhadap individu akan berbeda-beda satu sama lain.
Teori Penggolongan Sosial,
Penggolongan sosial lebih didasarkan pada tingkat penghasilan, seks,
pendidikan, tempat tinggal maupun agama. Dalam teori ini dikatakan bahwa
masyarakat yang memiliki sifat-sifat tertentu yang cenderung sama akan
membentuk sikap-sikap yang sama dalam menghadapi stimuli tertentu. Persamaan
ini berpengaruh terhadap tanggapan mereka dalam menerima pesan yang disampaikan
media massa.
Teori Hubungan Sosial, Menurut teori
ini kebanyakan masyarakat menerima pesan yang disampaikan media banyak di
peroleh melalui hubungan atau kontak dengan orang lain dari pada menerima
langsung dari media massa. Dalam hal ini hubungan antar pribadi mempunyai
pengaruh yang kuat terhadap penyampaian informasi oleh media.
Teori Norma-Norma Budaya, Teori ini
menganggap bahwa pesan/informasi yang disampaikan oleh media massa dengan
cara-cara tertentu dapat menimbulkan tafsiran yang berbeda-beda oleh masyarakat
sesuai dengan budayanya. Hal ini secara tidak langsung menunjukkan bahwa media
mempengaruhi sikap individu tersebut. Ada beberapa cara yang ditempuh oleh
media massa dalam mempengaruhi norma-norma budaya. Pertama, informasi yang
disampaikan dapat memperkuat pola-pola budaya yang berlaku serta meyakinkan
masyarakat bahwa budaya tersebut masih berlaku dan harus di patuhi. Kedua,
media massa dapat menciptakan budaya-budaya baru yang dapat melengkapi atau
menyempurnakan budaya lama yang tidak bertentangan. Ketiga, media massa dapat
merubah norma-norma budaya yang telah ada dan berlaku sejak lama serta mengubah
perilaku masyarakat itu sendiri.
C. Orientasi dari media massa
Perubahan sosial merupakan gejala
berubahnya struktur sosial dan pola budaya dalam suatu masyarakat dan merupakan
gejala umum yang terjadi sepanjang masa dalam setiap masyarakat. Perubahan
sosial di masyarakat meliputi beberapa orientasi, antara lain (1) perubahan
dengan orientasi pada upaya meninggalkan faktor-faktor atau unsur-unsur
kehidupan sosial yang mesti ditinggalkan atau diubah, (2) perubahan dengan
orientasi pada suatu bentuk atau unsur yang memang bentuk atau unsur baru, (3)
suatu perubahan yang berorientasi pada bentuk, unsur, atau nilai yang telah
eksis atau ada pada masa lampau.
Dalam memantapkan orientasi suatu
proses perubahan, ada beberapa faktor yang memberikan kekuatan pada orientasi
perubahan tersebut, antara lain adalah sebagai berikut: (1) sikap, dalam hal
ini baik skala individu maupun skala kelompok yang mampu menghargai karya pihak
lain, tanpa dilihat dari skala besar atau kecilnya produktivitas kerja itu
sendiri, (2) adanya kemampuan untuk mentolerir sejumlah penyimpangan dari
bentuk-bentuk atau unsur-unsur rutinitas, sebab pada hakekatnya salah satu
pendorong perubahan adanya individu-individu yang menyimpang dari hal-hal yang
rutin, makhluk yang suka menyimpang dari unsur-unsur rutinitas, (3) mengokohkan
suatu kebiasaan atau sikap mental yang mampu memberikan penghargaan (reward)
kepada pihak lain (individual, kelompok) yang berprestasi dalam berinovasi,
baik dalam bidang sosial, ekonomi, dan iptek, (4) tersedianya fasilitas dan
pelayanan pendidikan dan pelatihan yang memiliki spesifikasi dan kualifikasi
progresif, demokratis, dan terbuka bagi semua fihak yang membutuhkannya.
Suatu proses perubahan sosial tidak
selalu berorientasi pada kemajuan semata. Tidak menutup kemungkinan bahwa
proses perubahan sosial juga mengarah pada kemunduran atau mungkin mengarah
pada suatu degradasi pada sejumlah aspek atau nilai kehidupan dalam masyarakat
yang bersangkutan. Suatu kemunduran dan degradasi (luntur atau berkurangnya
suatu derajat atau kualifikasi bentuk-bentuk atau nial-nilai dalam masyarakat),
tidak hanya satu arah atau orientasi perubahan secara linier, tetapi juga
memiliki dampak sampingan dari keberhasilan suatu proses perubahan. Contohnya
perubahan iptek, dari iptek yang bersahaja ke iptek yang modern (maju), mungkin
menimbulkan kegoncangan-kegoncangan pada unsur-unsur atau nilai-nilai yang
tengah berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan, yang sering disebut sebagai
culture-shock.
D. Peran dan Fungsi Media Massa sebagai
penunjang perubahan
Sadar atau tidak sadar media massa
telah menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat. Melalui media massa
kita dapat belajar banyak hal yang bisa di jadikan pelajaran. Berita tentang
peristiwa-peristiwa yang terjadi di luar negeri maupun dalam negeri dapat
diketahui dengan cepat dan mudah melalui media massa. Hal ini karena media
massa memiliki kemampuan untuk memberikan informasi-informasi secara efektif.
Adapun peran media massa ialah:
pertama, media dapat memperluas cakrawala pemikiran. Kebanyakan orang yang
hidup dalam masyarakat tradisional menganggap media memiliki kekuatan gaib
sewaktu pertama kali mengenalnya sebab media massa dapat membuat seseorang
melihat dan mengetahui tempat-tempat yang belum pernah dikunjunginya serta
mengenal orang-orang yang belum pernah ditemuinya. Media telah membantu masyarakat
Negara sedang berkembang mengenal kehidupan masyarakat lain sehingga mereka
memperoleh pandangan baru dalam hidupnya. Media massa dapat menjadi jembatan
peralihan antara masyarakat tradisional kearah masyarakat modern.
Kedua, media massa dapat memusatkan
perhatian. Masyarakat tradisional yang bergerak ke arah modern sedikit demi
sedikit mulai menggantungkan pengetahuannya pada media massa sehingga hal-hal
mengenai apa yang penting, yang berbahaya, apa yang menarik dan sebagainya
berasal dari media. Akibatnya lama kelamaan masyarakat mulai meninggalkan
kebiasaan atau budayanya dan menganggap budaya tersebut sebagai sesuatu yang
kuno dan tidak modern. Oleh karena itu, media massa harus bisa memutuskan
dengan tepat informasi atau rubric apa yang akan disampaikannya sebab media
dapat mempenggaruhi pola pikir masyarakat dan membangkitkan aspirasi
masyarakat.
Ketiga, media massa mampu
menumbuhkan aspirasi. Secara tidak langsung aspirasi masyarakat tumbuh melalui
siaran-siaran atau informasi yang disampaikan media massa. Banyak hal-hal baru
yang disampaikan oleh media, misalnya dari gaya berpakaian atau potongan rambut
yang membuat masyarakat terdorong untuk melakukan atau menggunakan hal yang
sama seperti yang dilihat mereka melalui media. Hal penting yang perlu disadari
dan diperhatikan bahwa terkadang aspirasi yang berlebihan akan membawa resiko
dan buruknya hal tersebut tidak dianggap sebagai suatu kesalahan.
Fungsi media massa sebagai penunjang
perubahan social yaitu: pertama, sebagai pemberi informasi. Dalam hal ini
fungsi penyampaian informasi dapat dilakukan sendiri oleh media. Tanpa media,
sangat mustahil informasi dapat disampaikan secara tepat dan cepat. Kedua,
sebagai pengambilan keputusan. Dalam hal ini media massa berperan sebagai
penunjang yang mana menuntut adanya kelompok-kelompok diskusi yang akan
mengambil keputusan, disamping itu diharapkan adanya perubahan sikap,
kepercayaan, dan norma-norma sosial. Hal ini berarti media massa berperan dalam
menghantarkan informasi sebagai bahan diskusi, menyampaikan pesan para pemuka
masyarakat serta memperjelas masalah-masalah yang disampaikannya. Ketiga, media
berfungsi sebagai pendidik. Dalam hal ini, media dapat meningkatkan tingkat
pengetahuan masyarakat.
E. Pengaruh media massa terhadap
perubahan sosial masyarakat
Pesatnya perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi seperti media massa, menyebabkan terjadi perubahan
secara cepat dimana-mana. Media massa sedikit demi sedikit membawa masuk
masyarakat ke suatu pola budaya yang baru dan mulai menentukan pola pikir serta
budaya perilaku masyarakat. Tanpa disadari media massa telah ikut mengatur
jadwal hidup kita serta menciptakan sejumlah kebutuhan.
Keberadaaan media massa dalam
menyajikan informasi cenderung memicu perubahan serta banyak membawa pengaruh
pada penetapan pola hidup masyarakat. Beragam informasi yang disajikan dinilai
dapat memberi pengaruh yang berwujud positif dan negatif. Secara perlahan-lahan
namun efektif, media membentuk pandangan masyarakat terhadap bagaimana
seseorang melihat pribadinya dan bagaimana seseorang seharusnya berhubungan
dengan dunia sehari-hari.
Media memperlihatkan pada masyarakat
bagaimana standar hidup layak bagi seorang manusia, sehingga secara tidak
langsung menyebabkan masyarakat menilai apakah lingkungan mereka sudah layak
atau apakah ia telah memenuhi standar tersebut dan gambaran ini banyak
dipengaruhi dari apa yang di lihat, didengar dan dibaca dari media.
Pesan/informasi yang disampaikan oleh media bisa jadi mendukung masyarakat
menjadi lebih baik, membuat masyarakat merasa senang akan diri mereka, merasa
cukup atau sebaliknya mengempiskan kepercayaan dirinya atau merasa rendah dari
yang lain.
Pergeseran pola tingkah laku yang
diakibatkan oleh media massa dapat terjadi di lingkungan keluarga, sekolah, dan
dalam kehidupan bermasyarakat. Wujud perubahan pola tingkah laku lainnya yaitu
gaya hidup. Perubahan gaya hidup dalam hal peniruan atau imitasi secara
berlebihan terhadap diri seorang firgur yang sedang diidolakan berdasarkan
informasi yang diperoleh dari media. Biasanya seseorang akan meniru segala
sesuatu yang berhubungan dengan idolanya tersebut baik dalam hal berpakaian,
berpenampilan, potongan rambutnya ataupun cara berbicara yang mencerminkan diri
idolanya (Trimarsanto, 1993:8). Hal tersebut diatas cenderung lebih berpengaruh
terhadap generasi muda.
Secara sosio-psikologis, arus
informasi yang terus menerpa kehidupan kita akan menimbulkan berbagai pengaruh
terhadap perkembangan jiwa, khususnya untuk anak-anak dan remaja. Pola perilaku
mereka, sedikit demi sedikit dipengaruhi oleh apa yang mereka terima yang
mungkin melenceng dari tahap perkembangan jiwa maupun norma-norma yang berlaku.
Hal ini dapat terjadi bila taayangan atau informasi yang mestinya di konsumsi
oleh orang dewasa sempat ditonton oleh anak-anak (Amini, 1993).
Dampak yang ditimbulkan media massa
bisa beraneka ragam diantaranya terjadinya perilaku yang menyimpang dari
norma-norma sosial atau nilai-nilai budaya. Di jaman modern ini umumnya
masyarakat menganggap hal tersebut bukanlah hal yang melanggar norma, tetapi
menganggap bagian dari trend massa kini. Selain itu juga, perkembangan media
massa yang teramat pesat dan dapat dinikmati dengan mudah mengakibatkan
masyarakat cenderung berpikir praktis.
Dampak lainnya yaitu adanya
kecenderungan makin meningkatnya pola hidup konsumerisme. Dengan perkembangan
media massa apalagi dengan munculnya media massa elektronik (media massa
modern) sedikit banyak membuat masyarakat senantiasa diliputi prerasaan tidak
puas dan bergaya hidup yang serba instant Gaya hidup seperti ini tanpa sadar
akan membunuh kreatifitas yang ada dalam diri kita dikemudian hari.
Rubrik dari layar TV dan media
lainnya yang menyajikan begitu banyak unsur-unsur kenikmatan dari pagi hingga
larut malam membuat menurunnya minat belajar dikalangan generasi muda. Dari hal
tersebut terlihat bahwa budaya dan pola tingkah laku yang sudah lama tertanam
dalam kehidupan masyarakat mulai pudar dan sedikit demi sedikit mulai diambil
perannya oleh media massa dalam menyajikan informasi-informasi yang berasal
dari jaringan nasional maupun dari luar negeri yang terkadang kurang pas dengan
budaya kita sebagai bangsa timur.
F. Dampak Positif Dan Negatif Media
Massa
Pengaruh media massa pada pribadi
Secara perlahan-lahan namun efektif, media membentuk pandangan pemirsanya
terhadap bagaimana seseorang melihat pribadinya dan bagaimana seseorang
seharusnya berhubungan dengan dunia sehari-hari.
Pertama, media memperlihatkan pada
pemirsanya bagaimana standar hidup layak bagi seorang manusia, dari sini
pemirsa menilai apakah lingkungan mereka sudah layak, atau apakah ia telah
memenuhi standar itu - dan gambaran ini banyak dipengaruhi dari apa yang
pemirsa lihat dari media.
Kedua, penawaran-penawaran yang dilakukan oleh
media bisa jadi memengaruhi apa yang pemirsanya inginkan, sebagai contoh media
mengilustrasikan kehidupan keluarga ideal, dan pemirsanya mulai membandingkan
dan membicarakan kehidupan keluarga tersebut, dimana kehidupan keluarga
ilustrasi itu terlihat begitu sempurna sehingga kesalahan mereka menjadi menu
pembicaraan sehari-hari pemirsanya, atau mereka mulai menertawakan prilaku
tokoh yang aneh dan hal-hal kecil yang terjadi pada tokoh tersebut.
Ketiga, media visual dapat
memenuhi kebutuhan pemirsanya akan kepribadian yang lebih baik, pintar, cantik/
tampan, dan kuat. Contohnya anak-anak kecil dengan cepat mengidentifikasikan
mereka sebagai penyihir seperti Harry Potter, atau putri raja seperti tokoh
Disney. Bagi pemirsa dewasa, proses pengidolaaan ini terjadi dengan lebih
halus, mungkin remaja ABG akan meniru gaya bicara idola mereka, meniru cara
mereka berpakaian. Sementara untuk orang dewasa mereka mengkomunikasikan gambar
yang mereka lihat dengan gambaran yang mereka inginkan untuk mereka secara
lebih halus. Mungkin saat kita menyisir rambut kita dengan cara tertentu kita
melihat diri kita mirip "gaya rambut lupus", atau menggunakan
kacamata a'la "Catatan si Boy".
Keempat, bagi remaja dan kaum muda,
mereka tidak hanya berhenti sebagai penonton atau pendengar, mereka juga
menjadi "penentu", dimana mereka menentukan arah media populer saat
mereka berekspresi dan mengemukakan pendapatnya.Penawaran yang dilakukan oleh
media bisa jadi mendukung pemirsanya menjadi lebih baik atau mengempiskan
kepercayaan dirinya. Media bisa membuat pemirsanya merasa senang akan diri
mereka, merasa cukup, atau merasa rendah dari yang lain.
1.Dampak Positif
Kesan positif media massa terhadap
masyarakat ialah masyarakat akan memperoleh sesuatu berita dengan lebih pantas.
Contohnya berita pengeboman WTC dan peperangan di Iraq,walaupun berada di
negara yang berbeza namum maklumat dan informasi dengan pantas melaluimedia
massa. Hal ini akan menyebabkan masyarakat bersikap lebih peka terhadap
isu-isusemasa. Selain itu melalui penggunaan internet dan telefon bimbit
membolehkan masyarakatkeluar dari kepompongnya. Hal ini kerana apabila adanya
interaksi dua hala antara sesuatumasyarakat dengan masyarakat yang lain maka
menyebabkan kita tidak melihat dari sudutpandangan berdasarkan kaca mata kita
sahaja. Sebaliknya kita akan membuat penilaianmengenai masyarakat luar juga.
Pertukaran idea dan pendapat ini mampu mendorong masyarakatuntuk berusaha ke
arah yang lebih baik. Selain itu media amat mempengaruhi kesan kognitif media
seperti pembentukkan sikap iaitu perkara yang berlaku dalam persekitaran yang
berkaitandengan ekonomi, politik, agama, kemanan, mahupun peristiwa semasa (Nor
Azuwan, 2008 : 55).Contohnya media massa memaparkan kempen-kempen seperti
kempen membaca, kempen antirokok, kempen Cintai Alam Sekitar dan sebagainya
yang dilihat berjaya untuk mempengaruhikhalayak untuk menyertainya. Apabila
adanya penyertaan oleh masyarakat iaitu sambutan yangditunjukkan menggalakkan
maka ianya menjustifikasikan bahawa khalayak mampu dipengaruhioleh media massa.
2.DampakNegatif
Media massa merupakan salah satu
alat untuk menyebarkan informasi, pesan, opini, rumor, gossip, propaganda dll
kepada masyarakat luas. Media massa terdiri dari televisi, surat kabar,
majalah, radio dan film. Media massa akan mempengaruhi masyarakat ketika pola
pemerintahan yang dianut oleh negara tersebut menganut sistem pers liberalisme
dan sistem pers tanggung jawab sosial. Apa itu sistem pers liberalisme? Yaitu
sistem pers yang mana semua informasi, pesan, stimulis bebas disebar dan tidak
ada larangan dari sistem pemerintahan tersebut.Sistem pers tanggung-jawab
sosial adalah sistem pers yang sebebas apapun berita yang di sebar, pemerintah
masih turut andil dalam menyaring atau memfilterasi berita yang masuk dan
berita keluar.Sisterm pers ini dilindungi oleh hukum yang berlaku yaitu
undang-undang.Dan Indonesia merupakan salah satu contoh sistem pers
tanggung-jawab sosial.
Di era globalisasi zaman sekarang,
semua serba modern.Setiap perubahan terasa sangat cepat.Trend fashion, musik,
selera makanan-minuman, semua berubah terasa sangat cepat.Berbeda dengan zaman
dahulu yang semua pergerakan terasa lamban dan tidak terburu-buru. Begitu juga
dengan media massa. Media massa di zaman era globalisasi terasa begitu cepat
penyebarannya. Media massa menjadi wadah untuk menampung berita-berita tersebut
dan siap di sebar luaskan ke publik. Peran media massa di era globalisasi ini
adalah, dengan adanya televisi, radio, majalah, film, surat kabar mengakibatkan
berita yang tersebar semakin tidak berkualitas bahkan terkadang melanggar hukum
walaupun penyebarannya semakin cepat.
Sering kali sekarang banyak
pemberitaan yang melakukan adegan kekerasan, menampilkan suatu aksi pornografi,
musik yang disampaikan juga tidak sesuai umur yang mengakibatkan efek negatif
dari anak-anak dibawha umur.Pengawasan orang tua menjadi hal yang paling
penting disini.Tetapi, di era globalisasi ini, terkadang orang tua ingin
sesuatu yang praktis.
Mereka tidak begitu perduli dengan
apa yang media massa sampaikan ke publik. Dan terkadang pola pikir dari
anak-anak di bawah umur tersebut sudha terlanjur “terbius” oleh dampak media
massa, sehingga nasihat-nasihat yang orang tua berikan tidak berpengaruh
apa-apa.
Dampak negatif yang lainnya adalah,
media massa zaman sekarang bisa “diatur” penyiarannya. Di era globalisasi ini
banyak seklai orang yang “menghalalkan” segala cara. Jadi media amssa yang
menjadi wadah untuk menyampaikan berita pun menjadi “tertular”.Banyak sekarang
beberapa Stasiun TV mempropagandakan suatu pesan untuk mendukung tokoh
tertentu.
Contoh: Iklan Partai Nasdem terdapat
di Stasiun Metro TV, RCTI, Trans TV, Trans 7. Seharusnya seorang yang bergelut
dibidang pers itu bersifat netral.Mengapa netral?Karena mereka adalah jembatan
yang menghubungkan komunikator dengan komunikan.Dengan adanya sifat berpihak
tersebut membuat berita yang disampaikan dari komunikator ke komunikan menjadi
tidak murni lagi.Isi dari pemberitaan terkesan sudah di manipulasi sehingga
berita yang tersebar seakan-akan berita benar dan aktual padahal kenyataannya
berita itu palsu.
Contoh: Dufan adalah salah
satu arena hiburan yang sering bermasalah dengan wahana-wahana permainannya.
Tetapi pihak Dufan menyogok pihak media agar permasalahan tersebut tidak di
umbar ke media.Jadi yang masyarakat tahu sekarang itu Dufan adalah arena
bermain yang aman tanpa mereka ketahui bahwa banyak juga korban dari
wahana-wahana tersebut.
G.
Ciri-ciri Komunikasi Massa
1.
Menggunakan media masa dengan organisasi (lembaga media)
yang jelas.
2.
Komunikator memiliki keahlian tertentu
3.
Pesan searah dan umum, serta melalui proses produksi dan
terencana
4.
Khalayak yang dituju heterogen dan anonim
5.
Kegiatan media masa teratur dan berkesinambungan
6.
Ada pengaruh yang dikehendaki
7.
Dalam konteks sosial terjadi saling memengaruhi
antara media dan
kondisi masyarakat serta sebaliknya.
8.
Hubungan antara komunikator (biasanya media massa) dan
komunikan (pemirsanya) tidak bersifat pribadi.
1.
Teori Agenda –
Setting
Agenda-setting diperkenalkan oleh McCombs dan Dl. Show dalam Public Opinion Quartely
tahun 1972, berjudul The Agenda – Setting Function of Mass Media. Asumsi dasar
teori agenda – setting adalah bahwa jika media memberi tekanan pada suatu
peristiwa, maka media itu akan mempengaruhi khalayak untuk menganggapnya
penting. Jadi, apa yang dianggap penting bagi media, maka penting juga bagi masyarakat. Oleh karena itu, apabila
media massa memberi perhatian pada isi tertentu dan mengabaikan yang lainnya, akan memiliki pengaruh terhadap
pendapat umum. Asumsi ini berasal dari asumsi lain bahwa media massa memiliki
efek yang sangat kuat, terutama karena asumsi ini berkaitan dengan proses belajar
dan bukan dengan perubahan sikap dan pendapat. Teori agenda-setting menganggap
bahwa masyarakat akan belajar mengenai isu-isu apa, dan bagaimana isu-isu
tersebut tersusun berdasarkan tingkat kepentingannya.
Mc.Combs dan Donald Shaw mengatakan
pula bahwa Audience tidak hanya mempelajari berita-berita dan hal-hal lainnya
melalui media massa, tetapi juga mempelajari seberapa besar arti penting
diberikan suatu isu atau topik dari cara media massa memberikan penekanan
terhadap topik tersebut. Misalnya, dalam merefleksikan apa yang dikatakan oleh
para kandidat dalam suatu kampanye Pemilu. Media massa terlihat menentukan mana
topik yang penting. Dengan kata lain, media massa menetapkan “agenda” kampanye
tersebut dan kemampuan untuk mempengaruhi perubahan kognitif individu ini
merupakan aspek penting dari kekuatan komunikasi massa.
Asumsi:
Media mengatakan kepada kita apa yang penting dan apa yang tidak
media menyusun prioritas topik dan topik ini mempengaruhi perhatian audience, topik mana yang dianggap lebih penting dari topik lainnya.
menyusun agenda pemberitaan media akan memberikan efek (fungsi belajar )pada audience meskipun hanya sampai pada tataran kognitif.
Media mengatakan kepada kita apa yang penting dan apa yang tidak
media menyusun prioritas topik dan topik ini mempengaruhi perhatian audience, topik mana yang dianggap lebih penting dari topik lainnya.
menyusun agenda pemberitaan media akan memberikan efek (fungsi belajar )pada audience meskipun hanya sampai pada tataran kognitif.
Contoh agenda setting agenda kampanye yang ditetapkan media. Pentingnya isu yang diangkat oleh partai. Penekanan yang diberikan terhadap isu.
Perubahan
kognisi audience
Audience
memilih kandidat partai yang kompeten menangani isu yang diangkat media.
Kesimpulan
Dasar pemikiran agenda setting: diantara berbagai topik yang di muat media massa, topik yang mendapat lebih banyak perhatian dari media akan menjadi lebih akrab bagi pembacanya dan akan dianggap penting dalam suatu periode waktu tertentu, dan akan terjadi sebaliknya bagi topik yang kurang mendapat perhatian media
Dasar pemikiran agenda setting: diantara berbagai topik yang di muat media massa, topik yang mendapat lebih banyak perhatian dari media akan menjadi lebih akrab bagi pembacanya dan akan dianggap penting dalam suatu periode waktu tertentu, dan akan terjadi sebaliknya bagi topik yang kurang mendapat perhatian media
2.
Teori Kultivasi
Berdasarkan
sejarahnya bahwa, media televisi di tahun 1960‐an telah diperbincangkan
dan menjadi fokus kajian menarik bagi masyarakat Amerika Serikat. Hal ini
terlihat dengan banyak studi dan penelitian terhadap media yang satu ini, baik
dari sisi isi media, budaya, dan dampaknya bagi masyarakat karena
sifatnya yang audio visual dan mampu memberikan efek
dramatisasi visual yang sangat kuat bagi pemirsa. Pesona televisi tampaknya
sangat menarik khalayak dan peneliti untuk melakukan kajian atas isi
tayangannya bagi khalayak, khususnya pengaruh kekerasan yang diakibatkan oleh
munculnya tayangan-tayangan bernuansa kekerasan yang ditampilkan.
Ditambahkan
lagi munculnya analisis mengenai dampak kekerasan yang ditimbulkan
televisi seperti yang dikemukakan oleh George Gerbner sebagai “mean world
syndrome”, dalam teori Cultivation Analysis. Gerbner
menguraikan bahwa para pecandu berat (heavy viwers) televisi menganggap
bahwa dunia ini cenderung dipercaya sebagai tempat yang buruk dari pada
mereka yang tidak termasuk pecandu berat (light viewers). Efek kultivasi
melalui tayangan kekerasan memberi penjelasan bahwa televisi mempunyai pengaruh
yang kuat pada diri individu. Bahkan dalam hal yang ekstrim pemirsa menganggap
bahwa lingkungan sekitar sama persis seperti yang tergambar dalam televisi sebagai realitas
nyata.
Disisi lain, tayangan kekerasan dalam dunia tontonan menjadi formula yang bisa
menarik secara komersil. Film atau televisi sebagai tontonan ia hanyalah
realitas media, bahkan sebagai “realitas” buatan yaitu fiksi,
yang berbeda dari realitas media berupa informasi faktual.
a. Asumsi Dari Teori
Kultivasi
Televisi
merupakan media yang unik. Asumsi pertama menyatakan bahwa televisi
merupakan media yang unik. Keunikan tersebut ditandai oleh karakteristik
televisi yang bersifat:
1) Pervasive (menyebar dan
hampir dimiliki seluruh keluarga);
2) Assesible (dapat
diakses tanpa memerlukan kemampuan literasi atau keahlian lain), dan
3) Coherent (mempersentasikan
pesan dengan dasar yang sama tentang masyarakat melintasi program dan waktu).
Semakin
banyak seseorang menghabiskan waktu untuk menonton televisi, semakin kuat
kecenderungan orang tersebut menyamakan realitas televisi dengan realitas
sosial. Jadi menurut asumsi ini, dunia nyata (real world) di
sekitar penonton dipersamakan dengan dunia rekaan yang disajikan media tersebut
(symbolic world). Dengan
bahasa yang lebih sederhana dapat dikatakan bahwa penonton mempersepsi apapun
yang disajikan televisi sebagai kenyataan sebenarnya. Namun
teori ini tidak menggeneralisasi pengaruh tersebut berlaku untuk semua penonton,
melainkan lebih cenderung pada penonton dalam kategori heavy viewer(penonton
berat).
Hasil
pengamatan dan pengumpulan data yang dilakukan oleh Gerbner dan kawan-kawan
bahkan kemudian menyatakan bahwa heavy viewer mempersepsi
dunia ini sebagai tempat yang lebih kejam dan menakutkan (the mean and scray
world) daripada kenyataan sebenarnya.
Fenomena
inilah yang kemudian dikenal sebagai “the mean world syndrome” (sindrom
dunia kejam) yang merupakan sebentuk keyakinan bahwa dunia sebuah tempat yang berbahaya,
sebuah tempat dimana sulit ditemukan orang yang dapat dipercaya, sebuah tempat
dimana banyak orang di sekeliling kita yang dapat membahayakan diri kita
sendiri. Untuk itu orang harus berhati-hati menjaga diri. Pembedaan dan
pembandingan antara heavy dan light viewer di
sini dipengaruhi pula oleh latar belakang demografis di antara mereka.
b. Fenomena: Teori Kultivasi
Misalnya,
seorang mahasiswa Amerika di sebuah universitas pernah mengadakan pengamatan
tentang para pecandu opera sabun (heavy soap opera). Mereka, lebih
memungkinkan melakukan affairs (menyeleweng), bercerai dan
menggugurkan kandungan dari pada mereka yang bukan termasuk kecanduan opera
sabun (Dominick, 1990).
Efek
tayangan televisi, seperti yang dilakukan oleh Leonard Eron dan Rowell
Huesman mengenai efek jangka panjang dari televisi dengan memfokuskan
risetnya pada anak-anak yang tumbuh dari 8-22 tahun. Tontonan yang dinikmati
pada 8 tahun akan mendorong kriminal pada usia 30 tahun.
Pernyataan dari Journal
of Youth and Adolescence, memuat bahwa bentuk kegemaran, tema-tema
antagonis, dan sosok keperkasaan para lelaki yang menginspirasikan musik heavy
metal, ternyata sangat digandrungi remaja lelaki yang berprestasi rendah dan
tidak mampu belajar dengan baik di sekolah.
Nancy
Signorielli (Littlejohn, 1996) melaporkan studi tentang sindrom dunia kejam.
Pada aksi kekerasan di program televisi bagi anak, lebih dari 2000 program
termasuk 6000 karakter utama selama prime time dan akhir pekan (weekend)
dari tahun 1967-1985, menganalisis dengan hasil yang menarik, 70% prime
time dan 94% akhir pekan (weekend) termasuk aksi kekerasan.
Analisis ini membuktikanheavy viewers memandang dunia muram dan
kejam dibandingkan dengan orang yang jarang menonton televisi. Tidak salah jika
kemudian Gerbner dan kawan-kawan melaporkan bahwa heavy viewers melihat
dunia lebih kejam dan menakutkan seperti yang ditampilkan televisi dari pada
orang-orang yang jarang menonton.
Para pecandu berat
televisi akan mengatakan sebab utama munculnya kekerasan karena masalah sosial
(karena televisi yang ditonton sering menyuguhkan berita dan kejadian dengan
motif sosial sebagai alasan melakukan kekerasan). Padahal bisa jadi sebab utama
itu lebih karena keterkejutan budaya (cultural shock) dari tradisional ke kehidupan
modern. Teori kultivasi berpendapat bahwa pecandu berat televisi membentuk
suatu realitas yang tidak konsisten dengan kenyataan.
Sebagai
contoh pencandu berat televisi menyatakan bahwa kemungkinan seseorang menjadi
korban kejahatan adalah 1 berbading 10. Dalam kenyataan angkanya adalah 1
berbanding 50. Pecandu berat televisi mengira bahwa 20% dari total penduduk
dunia berdiam diri di Amerika. Kenyataannya hanya 6%. Pecandu berat percaya
bahwa persentase karyawan dalam posisi manajerial atau professional adalah 25%.
Kenyataannya hanya 5% (Devito, 1997, lihat juga Nurudin, 2004, Ardianto dkk,
2004). Bagi pecandu berat televisi, apa yang terjadi pada televisi itulah yang
terjadi pada dunia sesungguhnya.
3.
Spriral of Silence
Teori Spiral of Silence atau Spiral
kebiusan berkaitan dengan pertanyaan mengenai bagaimana terbentuknya pendapat
umum. Ditemukan pertama kali oleh Elizabeth Noelle-Neuman, Sosiolog Jerman,
pada tahun 1974. Teori ini menjelaskan
bahwa jawaban dari pertanyaan tersebut terletak dalam suatu proses saling
mempengaruhi antara komunikasi massa. Komunikasi antar pribadi dan persepsi
individu atas pendapatnya sendiri dalam hubungannya dengan pendapat orang lain
dalam masyarakat.
Teori ini berdasarkan asumsinya pada
pemikiran sosial-psikologi tahun 30-an yang menyatakan bahwa pendapat pribadi
sangat tergantung pada apa yang dipikirkan oleh orang lain. Atau atas apa yang
orang rasakan sebagai pendapat dari orang lain, perangkat dari asumsi tersebut.
Spiral of Silence selanjutnya menjelaskan bahwa individu pada umumnya berusaha
untuk menghindari keyakinan tertentu. Oleh karenanya, orang yang akan mengamati
lingkungannya untuk mempelajari pandangan-pandangan mana yang bertahan dan
mendapatkan dukungan dan mana yang tidak dominan atau populer, jika orang
merasakan bahwa pandangannya termasuk diantara yang tidak dominan dan populer,
maka ia cenderung kurang berani mengekpresikannya karena adanya ketakutan akan
isolasi tersebut.
Kajian Noelle-Neumann ini
menitikberatkan peran opini dalam interaksi sosial. Sebagaimana kita ketahui,
opini publik sebagai sebuah isu kotroversial akan berkembang pesat manakala
dikemukakan lewat media massa. Ini berarti opini publik orang-orang juga
dibentuk, disusun, dikurangi oleh peran media massa. Jadi ada kaitan erat antara
opini dengan media massa. Opini yang berkembang dalam kelompok mayoritas dan
kecenderungan seseorang untuk diam (sebagai basis dasar teori spiral kesunyian)
karena dia barasal dari kelompok minoritas juga bisa dipengaruhi oleh isu-isu
dari media massa.
Untuk memperjelas teori ini bisa
diilustrasikan pada kejadian di Indonesia. Di Indonesia, terjadi dua kelompok
besar yang setuju dengan penerapan demokrasi dengan yang tidak. Bagi kelompok
yang pro demokrasi dikatakan bahwa demokrasi adalah hasil akhir dan paling baik
yang akan mengantarkan bangsa Indonesia ke kehidupan yang lebih baik di masa
datang. Asumsi lainnya, bahwa masyarakat itu adalah pilar utama negara, maka
demokrasi harus dijalankan dalam berbagai aspek kehidupan. Sedangkan bagi
kelompok penentang demokrasi mengatakan bahwa kita sudah punya cara sendiri
dalam mengatur negara dan masyarakat Indonesia, kita punya Pancasila, dan kita
adalah bangsa yang mementingkan persatuan. Demokrasi hanya akan mengancam
keharmonisan hidup selama ini. Bagi kalangan Islam mengatakan bahwa demokrasi
dalam Islam itu sudah ada dan tak perlu mengubahnya.
Berbagai pendapat yang bertolak
belakang tersebut berkembang dan “bertarung” baik dalam wacana keseharian atau
disebarkan melalui media massa. Baik yang pro dan kontra sama-sama kuat di
dalam membentuk opini publik. Namun demikian, sejalan dengan perkembangan dan
perubahan politik dunia, ide pelaksanaan demokrasi akhirnya yang bisa dikatakan
menang.
Mereka yang dahulunya, menolak
demokrasi mulai melunak. Para intelektual muslim yang dahulu menolak demokrasi
kemudian mengatakan menerima demokrasi karena dalam Islam juga ada demokrasi
atau karena Islam dan demokrasi tidak bertolak belakang. Sementara kelompok
yang dahulunya penentang demokrasi lebih memilih diam. Sebab, mayoritas opini
yang berkembang adalah mendukung pelaksanaan demokrasi di Indonesia.
kalau boleh tau , dari mana saja referensi atau daftar pustaka mungkin?
BalasHapus