Senin, 29 Desember 2014

10 ELEMEN JURNALISTIK



Disusun Oleh : Habas, Melgin, Rian Rizkiawan, Masrio Apik

A.    Elemen Kebenaran
Bayangkan jika informasi yang disampaikan jurnalis ke publiknya salah.  Bisa karena kurang lengkap, bias, informasi bohong atau salah?  Kewajiban utama seorang jurnalis adalah pada kebenaran, bukan sekadar puas melaporkan fakta, karena fakta sering kali disodorkan ke depan jurnalis dengan agenda tertentu. 
Kewajiban jurnalis adalah mempertanyakan fakta itu. Kenapa saya harus percaya fakta ini?  Siapa yang ingin agar saya mempercayai fakta ini?  Pencarian soal “WHY” itu menjadi kunci menemukan kebenaran. Dalam konteks peliputan soal konflik atau perang yang menerapkan konsep Jurnalisme Damai (Peace Journalism), kegigihan seorang jurnalis mencari kebenaran ditekankan untuk menghindari kekuatiran ada pihak yang memanipulasi jurnalis dengan menyodorkan fakta.  Fakta tidak datang ke jurnalis secara ‘innocent’.
Perlu disadari oleh semua pihak bahwa “kebenaran jurnalistik” bukanlah kebenaran hukum. Kebenaran jurnalistik adalah kebenaran pada saat fakta itu disampaikan ke hadapan jurnalis. Ketika sebuah kecelakaan maut terjadi, laporan jurnalis soal korban tewas bisa berubah dari waktu ke waktu bergantung kepada informasi pihak yang berwenang (siapa yang berwenang???). Jurnalis terus menggali dan mengikuti perkembangan berita untuk melaporkan selengkap dan seakurat mungkin kepada khalayaknya. Ini proses menyajikan kebenaran kepada publik.

B.     Elemen Loyalitas Kepada Warga (citizens).
Kritik kepada media dan jurnalis belakangan ini adalah soal independensi. Tudingan ini kian marak di tengah beragam isu bernuansa politik yang menjadi sajian media.  Media dianggap terkooptasi oleh kepentingan pemiliknya, baik kepentingan bisnis, apalagi politik  Pertanyaan yang paling sering dilontarkan kepada media adalah: Bagaimana (Bisakah) Anda bersikap independen terhadap kekuasaan pemilik?
Sesungguhnya selain pemiliknya, media harus melayani beragam pemangku kepentingan, mulai dari masyarakat/komunitas sekitar, pengiklan, pemerintah/regulator (terutama bagi media penyiaran), pemegang saham publik (untuk yang sudah tercatat di bursa saham).
Esensi jurnalisme mewajibkan media menempatkan kepentingan publik/warga (citizen) di atas semua kepentingan lain  Bisakah? Seringkali sulit, tetapi bukan tidak bisa dilakukan, terutama di era industri media. Kuncinya adalah kemauan membangun persepsi yang sama atas pentingnya menerapkan Kode Etik Jurnalistik atas semua produk jurnalistik, justru untuk kelangsungan bisnis media itu sendiri.
Kesetiaan utama kepada warga bisa diartikan jurnalis harus memahami keinginan warga. Satu aspek dari industri, yakni pentingnya memahami keinginan pasar, dalam arti positif bisa ditujukan untuk semaksimal mungkin melayani kepentingan warga. Jadi, memenuhi ‘selera pasar’ itu bisa diartikan sebagai memahami siapa konsumen media kita.  Permahaman bisnis telah menjadi bagian dari kompetensi yang perlu dimiliki oleh jurnalis di abad ke-21.
Kesetiaan kepada warga didasari atas kemampuan bersikap independen dalam melaksanakan kebijakan editorial peliputan. Jika jurnalis dan organisasi medianya berhasil menjalin hubungan (engagement) dengan warga, maka keuntungan bisnis dengan sendirinya akan datang. Keuntungan finansial sebuah organisasi media, biasanya mendukung independensi media atas pemangku kepentingan terutama pemilik saham.
"Independensi adalah mengelola editorial berdasarkan hati nurani, kesadaran penghormatan profesi dan kepentingan publik. INDEPENDENSI tidak sama dengan
NETRAL".

C.     Elemen Disiplin Verifikasi
Disiplin verifikasi menjadi kunci kualitas jurnalis dan karyanya. Pada akhirnya disiplin verifikasi adalah cara membedakan jurnalisme dengan gosip hiburan, propaganda, fiksi atau seni.  Jurnalisme harus fokus menggali lebih dalam apa yang terjadi. Disiplin verifikasi itu sendiri sering dikatakan bersifat personal, sering disalahpahami dan menimbulkan kebingungan atas salah satu nilai penting dalam jurnalisme: obyektivitas. Kovach dan Rosenstiel menjelaskan, ketika konsep obyektivitas muncul, itu tidak hanya mensyaratkan bahwa jurnalis harus bebas dari bias.

"Obyektivitas adalah keharusan jurnalis membangun metode pemeriksaan kebenaran atas informasi yang diperolehnya secara konsisten (a transparant approach to evidence)".
Jika metode dilakukan dengan baik, maka bias personal maupun kultural tidak menafikan aspek penting, misalnya dalam hal akurasi. Dalam konsep orisinalnya, obyektif adalah transparansi metode yang digunakan, bukan si jurnalis. Kuncinya disiplin verifikasi, bukan tujuannya. Di era digital, salah satu hal penting yang berubah adalah cara kerja jurnalis dan ruang redaksi yang dituntut lebih transparan. Ada sejumlah prinsip disiplin verifikasi yang perlu diperhatikan dalam peliputan:Jangan menambah-nambahkan sesuatu yang tidak ada; Jangan mengecoh audiens; Bersikaplah transparan sedapat mungkin tentang motif dan metode Anda; Lebih mengandalkan pada liputan orisinal yang dilakukan sendiri; Bersikap rendah hati, tidak menganggap diri paling tahu.
Pertanyaan apakah media bisa bersikap obyektif jika dimiliki oleh pihak yang punya kepentingan politik dan bisnis? Menurut saya parameternya adalah apakah karya jurnalistik yang diterbitkan memenuhi aspek: AKURASI, VERIFIKASI, TRANSPARANSI.

D.    Elemen Independens
Seringkali jurnalis dikritik karena meliput kegiatan sang pemilik.  Bolehkah?  Jawabannya terletak pada hati nurani jurnalis dan sidang redaksi.  Apakah kegiatan yang diliput memiliki nilai berita?  Memenuhi kriteria layak berita yang diterapkan oleh redaksi?  Apakah peliputan dilakukan secara proporsional?  Apakah orang lain mendapatkan perhatian yang sama dalam ruang berita?  The voiceless? Yang termarjinalkan?
Independensi tidak berarti netral.  Sah saja berpihak, sepanjang dilandasi kesetiaan pada profesi, yakni kepentingan publik.  Pada saat menentukan mana berita yang akan disiarkan dari ratusan berita yang masuk ke ruang redaksi, jurnalis sudah melakukan pemihakan, pemilahan.  Ada yang diberitakan, ada yang tidak.  Pada saat menentukan siapa yang diwawancarai untuk sebuah berita, jurnalis memilih.  Memihak.  Pemihakan didasari atas kriteria berita, penyajian berita dilakukan dengan memperhatikan Kode Etik Jurnalistik.  Kuncinya lagi-lagi: transparansi, akurasi, verifikasi.  Semua berita mendapatkan perlakuan yang sama. "Kolom Opini dan Editorial bisa memihak. Berita harus penuhi kaidah Etika Jurnalistik".
Independensi bukan perkara gampang.  Bukan cuma tekanan dari luar yang bisa mempengaruhi.  Pengalaman dan latar belakang kehidupan jurnalis pun bisa mempengaruhi sudut pandang si jurnalis, mulai dari agama, gender, pendidikan, status sosial ekonomi.  Jurnalis adalah manusia.  Dalam situasi seperti ini penting untuk menjadikan kehormatan profesi dan etikanya sebagai pegangan dalam menghasilkan karya.

E.      Elemen Pemantau Kekuasaan
Jurnalis harus bertindak sebagai pemantau independen terhadap kekuasaan. Wartawan tak sekadar memantau pemerintahan, tetapi semua lembaga kuat di masyarakat. Lembaga-lembaga yang menamakan dirinya sebagai lembaga publik atau bekerja untuk kepentingan publik. Pers percaya dapat mengawasi dan mendorong para pemimpin agar mereka tidak melakukan hal-hal buruk, yaitu hal-hal yang tidak boleh mereka lakukan sebagai pejabat publik atau pihak yang menangani urusan publik. Jurnalis juga mengangkat suara pihak-pihak yang lemah, yang tak mampu bersuara sendiri.
Prinsip pemantauan ini sering disalahpahami, bahkan oleh kalangan jurnalis sendiri, dengan mengartikannya sebagai “mengganggu pihak yang menikmati kenyamanan.” Prinsip pemantauan juga terancam oleh praktik penerapan yang berlebihan, atau “pengawasan” yang lebih bertujuan untuk memuaskan hasrat audiens pada sensasi, ketimbang untuk benar-benar melayani kepentingan umum.

F.     Elemen Diskusi Publik
Pada 11 September 2011, kota Ambon kembali diguncang bentrokan. Media memberitakan dengan serius mengingat Ambon pernah diguncang konflik horisontal yang menelan banyak korban jiwa tahun 1999. Konflik berlangsung cukup lama, apalagi ada media yang ikut menaikkan eskalasi konflik dengan peliputan yang bias kelompok.  Saat terjadi bentrokan, sebuah media memasang grafis judul: Ambon Mencekam.  Mengesankan seantero kota Ambon dilanda rusuh.  Koreksi muncul dari jurnalis warga, masyarakat biasa di Ambon, melalui percakapan di media sosial Twitter.  Bentrokan terjadi di dua titik di kota Ambon. Tekanan kritik dari publik membuat media merevisi grafis judul itu. Publik mengharapkan media lebih akurat, dan tidak menggunakan istilah yang sensasional.
Percakapan di media sosial kini menjadi forum publik bagi media.  Aspek interaktifnya dimungkinkan oleh medium internet. Apapun media yang digunakan, jurnalisme haruslah berfungsi menciptakan forum di mana publik diingatkan pada masalah-masalah yang benar-benar penting, sehingga mendorong warga untuk membuat penilaian dan mengambil sikap.
Kovach dan Rosenstiel mengatakan jurnalisme harus menyediakan sebuah forum untuk kritik dan kompromi publik.  Demokrasi pada akhirnya dibentuk atas kompromi. Forum ini dibangun berdasarkan prinsip-prinsip yang sama sebagaimana halnya dalam jurnalisme, yaitu: kejujuran, fakta, dan verifikasi. Forum yang tidak berlandaskan pada fakta akan gagal memberi informasi pada publik.

G. Elemen Menarik dan Relevan
Tugas jurnalis adalah menemukan cara untuk membuat hal-hal yang penting menjadi menarik dan relevan untuk dibaca, didengar atau ditonton. Untuk setiap naskah berita, jurnalis harus menemukan campuran yang tepat antara yang serius dan yang kurang-serius, dalam pemberitaan hari mana pun. Jurnalis harus memiliki tujuan yang jelas, yaitu menyediakan informasi yang dibutuhkan orang untuk memahami dunia, dan membuatnya bermakna, relevan, dan memikat. Dalam hal ini, terkadang ada godaan ke arah infotainment dan sensasionalisme.
                                                                                  
H. Elemen Komprehensif dan Proporsional
Di era digital, jurnalis diharapkan menjadi ‘trusted guide”, yang membantu publik memilah mana informasi yang benar diantara jutaan informasi yang bersliweran di dunia maya.  Banyak media mencari jalan pintas dengan menggunakan percakapan di media sosial dan menjadikannya bahan berita tanpa melakukan verifikasi.  Prinsip “Lebih Cepat, Lebih Baik” jadi anutan.  Akurasi dan Keberimbangan dikesampingkan. Dewan Pers pada tanggal 3 Februari 2012 menerbitkan Pedoman Pemberitaan Media Siber bagi pengelola media siber.  Pakar pers Atmakusumah Astraatmadja mengatakan, pedoman ini juga bermanfaat bagi publik yang memiliki akun media sosial.
Kovach dan Rosenstiel mengatakan jurnalisme itu seperti pembuatan peta modern. Ia menciptakan peta navigasi bagi warga untuk berlayar di dalam masyarakat. Maka jurnalis juga harus menjadikan berita yang dibuatnya proporsional dan komprehensif. Tidak ada cara lain untuk menyajikan berita yang proporsional dan komperehensif sesuai esensi jurnalisme, selain memenuhi semua kaidah dalam Etika Jurnalistik.

I. Elemen Hati Nurani
Setiap jurnalis, dari redaksi hingga dewan direksi, harus memiliki persepsi yang sama atas tujuan dari sebuah organisasi media/pers. Dalam kaitan itu, pemilik media juga dituntut untuk melakukan hal yang sama.  Meyakinkan direksi dan pemilik atas tujuan mulia karya jurnalistik seringkali tidak mudah, tetapi harus diupayakan terus-menerus.
Dalam perkembangan berikutnya, Bill Kovach dan Tom Rosenstiel menambahkan elemen ke-10. Yaitu:

J. Elemen Jurnalisme oleh Masyarakat
Who is Journalist? Siapa sih jurnalis?  Ini pertanyaan yang menjadi bahan diskusi para pakar dan penggiat media.  Di era digital, siapa saja bisa memproduksi konten informasi seperti memproduksi berita. Warga bukan lagi sekadar konsumen pasif dari media, tetapi mereka juga menciptakan media sendiri. Ini terlihat dari munculnya blog, jurnalisme online, jurnalisme warga (citizen journalism), jurnalisme komunitas (community journalism) dan media alternatif. Warga dapat menyumbangkan pemikiran, opini, berita, dan sebagainya, dan dengan demikian juga mendorong perkembangan jurnalisme.  Buku terbaru Kovach dan Rosenstiel, BLUR: How To Know What’s True in The Age of Information Overload membahas mengenai elemen ke-10 ini secara menarik.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar