Disusun Oleh : Agus Elly Ermayani, Febria Cindra Keswara, Idawati, Tri Mariyati
A.
Komunikasi Dan Konstruksi Sosial Realita
Pengertian dan pemahaman kita, pada dasarnya, timbul dari
komunikasi kita dengan orang lain. konsep tentang realitas semacam ini tertanam
kuat dalam pemikiran-pemikiran sosiologi. Beberapa tokoh utamanya adalah Peter
Berger dan Thomas Luckmann yang menulis buku “The Social Construction of
Reality”.
Dengan dukungan dari aliran interaksi simbolis dan landasan yang dibuat oleh Schutz, Berger, dan Luckmann, pendekatan konstruksi sosial realitas telah menjadi gagasan penting dan populer dalam ilmu sosial. Menurut Kenneth Gergen, gerakan ini memusatkan perhatiannya pada proses dimana para individu menanggapi kejadian di sekitarnya berdasarkan pengalaman mereka. Ada empat asumsi yang mendasari pemikiran tersebut, antara lain:
Dengan dukungan dari aliran interaksi simbolis dan landasan yang dibuat oleh Schutz, Berger, dan Luckmann, pendekatan konstruksi sosial realitas telah menjadi gagasan penting dan populer dalam ilmu sosial. Menurut Kenneth Gergen, gerakan ini memusatkan perhatiannya pada proses dimana para individu menanggapi kejadian di sekitarnya berdasarkan pengalaman mereka. Ada empat asumsi yang mendasari pemikiran tersebut, antara lain:
1. Suatu kejadian (realitas) tidak
hadir dengan sendirinya secara objektif, tetapi diketahui atau dipahami melalui
pengalaman yang dipengaruhi oleh bahasa
2. Realitas dipahami melalui
kategori-kategori bahasa secara situasional yang tumbuh dari interaksi sosial
di dalam suatu kelompok pada saat dan tempat tertentu
3. Bagaimana suatu realitas dapat
dipahami, ditentukan oleh konvensi-konvensi komunikasi yang dilakukan pada saat
itu. Oleh karenanya, stabil tidaknya pengetahuan lebih tergantung pada variasi
kehidupan sosial daripada realitas objektif di luar pengalaman
4. Pemahaman-pemahaman terhadap
realitas yang tersusun secara sosial membentuk banyak aspek-aspek penting lain
dari kehidupan. Bagaimana kita berpikir dan berperilaku dalam kehidupan
sehari-hari pada dasarnya merupakan persoalan bagaimana kita memahami realitas
kita
Diantara berbagai aspek terpenting dari kehidupan sosial
adalah definisi mengenai diri (self) yang terkait dengan orang lain. Ada dua
teori yang menekankan pada peranan komunikasi dalam “self-definition”
B.
Teori Eksistensi Sosial Dan Personal
Rom Harre mengembangkan teori mengenai diri (self). Dia dan Paul Secord
memperkenalkan “ethogeny”, yaitu studi tentang bagaimana seseorang memahami
tindakan mereka di suatu peristiwa (episode) tertentu. Sebuah episode adalah
suatu rangkaian tindakan yang dapat diperkirakan dan semua pihak yang terlibat
mengartikannya sebagai suatu peristiwa yang ada permulaan dan ada akhirnya.
Jamuan makan malam, argumentasi, upacara wisuda, negosiasi merupakan contoh
dari episode. Fokus dari ethogeny adalah bagaimana arti episode bagi para partisipannya dan
bagaimana mereka memahami berbagai tindakan yang membentuk episode. Kemudian
bahasa yang dipergunakan orang untuk menggambarkan dan menjelaskan episode
mencerminkan pemahaman orang-orang tersebut terhadap episode tadi. Kelompok sosial atau komunitas,
melalui interaksi membentuk teori-teori untuk menjelaskan pengalaman tentang
realitas. Suatu teori kelompok memberikan penjelasan tentang pengalaman yang
mencakup suatu skenario mengenai apa konsekuensi logis dari tindakan tertentu
dalam sebuah episode. Harre menyebutnya sebagai “structured template”
yaitu proses tindakan yang diantisipasi dalam episode. Sebagai contoh, sepasang
remaja yang sedang jatuh cinta. Mereka akan memiliki teori mengenai
definisi cinta itu dan bagaimana seharusnya tindakan yang dilakukan oleh mereka
yang saling mencintai. Teori tersebut akan menjadi eksplisit jika mereka
diminta untuk menggambarkan, menjelaskan, atau mengartikan tindakan-tindakan
mereka.
Makna yang melekat pada berbagai peristiwa dalam satu episode akan memunculkan
aturan-aturan yang mengarahkan tindakan-tindakan partisipan dalam episode
tersebut. partisipan menjadi tahu bagaimana harus bertindak karena adanya
peraturan-peraturan yang berlaku pada suatu saat tertentu. Contoh pasangan
remaja yang sedang berkencan, maka peraturan pertama yang dilakukan oleh sang
kekasih adalah menjemput sang gadis di rumahnya, kemudian membeli tiket bioskop
dan menontonnya, hingga mengantarkan kembali sang gadis pulang ke rumahnya.
Episode kencan tersebut tentunya akan berbeda bagi pasangan lainnya, yang
memiliki batasan tersendiri mengenai kencan dan rangkaian tindakannya.
Sebagaimana halnya dengan pengalaman, diri (self) juga disusun oleh suatu teori
personal, yaitu bahwa individu belajar untuk memahami dirinya sendiri melalui
satu atau sekelompok teori yang mengkonsepsikan siapakah’diri’ individu
tersebut. Dengan demikian, pemahaman seseorang mengenai ‘self’ merupakan suatu
konsep teoritis yang berasal dari pengertian tentang kepribadian yang terdapat
dalam budaya dan diekspresikan melalui komunikasi. Harre membedakan orang dari
‘self’. Orang adalah makhluk kasat mata dengan semua atribut dan sifat-sifat
seperti yang terdapat dalam suatu budaya atau kelompok sosial tertentu.
Sedangkan ‘self’ adalah pemahaman pribadi seseorang mengenai keberadaannya
sebagai seseorang. Karakteristik seseorang dijelaskan oleh teori kelompok
mengenai kepribadian, sedangkan diri dijelaskan oleh teori individu mengenai
keberadaan dirinya sebagai anggota suatu budaya. Sebagai contoh, banyak budaya
tradisional mengkonsepsikan seseorang berdasarkan perannya, seperti ayah, ibu,
dll. Sementara itu, individu memiliki sifat, perasaan, dan karakter tersendiri
sebagai individu di dalam konteks budaya tertentu.
Teori tentang ‘diri’ dipelajari melalui interaksi dengan orang lain. sepanjang
hidupnya orang yang mempelajari bahwa tiap individu memiliki pandangan yang
berbeda dan diri adalah pelaku otonom dengan kekuatan untuk melakukan sesuatu.
Harre menunjukkan bagaimana dimensi-dimensi pribadi dan personal sesungguhnya
berangkat dari proses sosial. Pemikiran, keinginan, dan emosi kita pada
dasarnya dipelajari melalui interaksi sosial. Tepatnya, pandangan yang dimiliki
seseorang, sifat dari pandangan tersebut, serta tingkat dan ciri-ciri pribadi
bergantung pada teori diri orang tersebut dan sangat berbeda dari satu budaya
ke budaya lainnya.
Konsep diri terdiri dari seperangkat elemen yang dapat dipandang dalam dimensi.
Dimensi pertama ‘display’, yaitu bagaimana suatu aspek dapat dilihat oleh orang
lain atau tetap tersimpan secara pribadi. Misalnya, emosi relatif lebih
bersifat pribadi, sementara kepribadian dapat diketahui oleh orang lain.
Dimensi kedua adalah realisasi atau sumber. Dimensi ini mencakup tingkatan
dimana beberapa bentuk diri dianggap muncul dari dalam individu, disamping
tumbuh dari suatu kelompok. Elemen-elemen yang dianggap muncul dari dalam diri
seseorang adalah kenyataan individual (individually realized), sementara
elemen yang tumbuh dari hubungan seseorang dengan suatu kelompok adalah
kenyataan kolektif. Contoh, tujuan (purpose) dapat digolongkan sebagai
kenyataan individual karena tujuan merupakan sesuatu yang dimiliki dan
diketahui oleh seseorang. Sebaliknya kerja sama merupakan kenyataan kolektif
karena hanya dapat dilakukan oleh seseorang sebagai anggota kelompok. Dimensi
ketiga adalah ‘agency’ yaitu tingkat kekuatan aktif yang terdapat pada diri.
Elemen-elemen aktif, seperti berbicara atau mengemudikan mobil berlawanan dengan
elemen-elemen pasif seperti mendengarkan atau menumpang mobil.
Semua teori mengenai diri mempunyai tiga elemen yang sama. Pertama, semuanya
mengandung suatu kesadaran diri (self-consciousness). Kedua, ‘agency’
yaitu kekuatan yang menggerakkan seseorang untuk melakukan sesuatu. Ketiga, ‘autobiography’
atau identitas seseorang yang memiliki sejarah dan masa depan.
C. Teori Pertanggungjawaban Sosial (Social Accountability)
John Shotter menyajikan suatu teori
dengan memperluas pemikiran dengan bahasan baru, yaitu tanggung jawab dan
moralitas. Shotter yakin bahwa pengalaman manusia tidak dapat dipisahkan dari
komunikasi. Komunikasi yang kita lakukan sekaligus merelfeksikan dan membentuk
pengalaman kita mengenai realitas. Singkatnya pengertian dan pengalaman kita
tentang realitas terbentuk berdasarkan cara-cara kita berbicara dalam usaha
untuk menjelaskannya. Hubungan antara komunikasi
(berbicara dan memberi penjelasan) dan pengalaman membentuk suatu putaran
(loop). Komunikasi menentukan bagaimana realitas dipahami (dialami) dan
pengalaman (pemahaman terhadap realitas) mempengaruhi komunikasi. Oleh
karenanya, pemahaman yang menyangkut orang tidak dapat lepas dari pemahaman
terhadap hubungan antarmanusia. Lingkungan yang ada merupakan suatu ‘umwelt’ yang pada dasarnya adalah suatu
domain moral dari hak, tuas, wewenang, dan kewajiban. Kerangka moral pengalaman
manusia diekspresikan dalam dan melalui komunkasi. Untuk melindungi otonominya,
orang harus dapat menjelaskan bukan hanya atas tindakan-tindakannya, tetapi
juga mengenai dirinya sendiri, misalnya siapa dan apa orang tersebut
referensi dari mana idiot
BalasHapusapa hakikat dari eksistensi personal?
BalasHapus