Disusun
oleh: Desti Febrianti, Marselinus Untung, Suyatno, Wira Catur Gagah Prakasa
A. Difusi
Inovasi
Difusi Inovasi adalah teori
tentang bagaimana sebuah ide
dan teknologi
baru tersebar dalam sebuah kebudayaan. Teori ini dipopulerkan oleh Everett Rogers pada tahun 1964 melalui bukunya
yang berjudul Diffusion of
Innovations.
Ia mendefinisikan difusi sebagai proses dimana sebuah inovasi dikomunikasikan melalui berbagai saluran dan jangka waktu tertentu dalam sebuah sistem sosial.
Ia mendefinisikan difusi sebagai proses dimana sebuah inovasi dikomunikasikan melalui berbagai saluran dan jangka waktu tertentu dalam sebuah sistem sosial.
Seperti yang dijelaskan
oleh Rogers (1961), yaitu “as the process
by which an innovation is communicated through certain channels over time among
the members of a social system.” Lebih jauh dijelaskan bahwa difusi
adalah suatu bentuk komunikasi yang bersifat khusus berkaitan dengan penyebaran
pesan-pesan yang berupa gagasan baru, atau dalam istilah Rogers (1961) difusi
menyangkut “which is the spread of a new
idea from its source of invention or creation to its ultimate users or
adopters.”
Inovasi merupakan ide,
praktik, atau objek yang dianggap baru oleh manusia atau unit adopsi lainnya. Teori ini
meyakini bahwa sebuah inovasi terdifusi ke seluruh masyarakat dalam pola yang bisa diprediksi. Beberapa kelompok orang akan mengadopsi sebuah
inovasi segera setelah mereka mendengar inovasi tersebut. Sedangkan beberapa
kelompok masyarakat lainnya membutuhkan waktu lama untuk kemudian mengadopsi
inovasi tersebut. Ketika sebuah inovasi banyak diadopsi oleh sejumlah orang,
hal itu dikatakan exploded atau meledak.
Menurut Roges
teori difusi inovasi ini terbagi atas empat elemen pokok yaitu
1. Inovasi, gagasan,
tindakan, atau barang yang dianggap baru oleh seseorang. Dalam hal ini,
kebaruan inovasi diukur secara subjektif menurut pandangan individu yang
menerimanya. Jika suatu ide dianggap baru oleh seseorang maka ia adalah inovasi
untuk orang itu. Konsep ’baru’ dalam ide yang inovatif tidak harus baru sama
sekali.
2. Saluran komunikasi;
’alat’ untuk menyampaikan pesan-pesan inovasi dari sumber kepada penerima.
Dalam memilih saluran komunikasi, sumber paling tidak perlu memperhatikan (a)
tujuan diadakannya komunikasi dan (b) karakteristik penerima. Jika komunikasi
dimaksudkan untuk memperkenalkan suatu inovasi kepada khalayak yang banyak dan
tersebar luas, maka saluran komunikasi yang lebih tepat, cepat dan efisien,
adalah media massa. Tetapi jika komunikasi dimaksudkan untuk mengubah sikap
atau perilaku penerima secara personal, maka saluran komunikasi yang paling
tepat adalah saluran interpersonal.
3. Jangka waktu, proses
keputusan inovasi, dari mulai seseorang mengetahui sampai memutuskan untuk
menerima atau menolaknya, dan pengukuhan terhadap keputusan itu sangat
berkaitan dengan dimensi waktu. Paling tidak dimensi waktu terlihat dalam (a)
proses pengambilan keputusan inovasi, (b) keinovatifan seseorang: relatif lebih
awal atau lebih lambat dalammenerima inovasi, dan (c) kecepatan pengadopsian
inovasi dalam sistem sosial.
4. Sistem sosial, kumpulan
unit yang berbeda secara fungsional dan terikat dalam kerjasama untuk
memecahkan masalah dalam rangka mencapai tujuan bersama
B. Tahap Menciptakan Proses
Difusi
Dalam tahap ini proses
pembentukan difusi terbagi atas tiga tahapan yaitu
1.
Mempelajari Inovasi
Tahapan ini merupakan tahap awal ketika masyarakat mulai melihat, dan mengamati inovasi baru
dari berbagai sumber, khususnya media massa. Pengadopsi awal biasanya merupakan orang-orang yang rajin membaca koran dan menonton televisi, sehingga mereka bisa menangkap inovasi baru
yang ada. Jika sebuah inovasi dianggap sulit dimengerti dan sulit diaplikasikan, maka hal itu tidak akan diadopsi
dengan cepat oleh mereka, lain halnya jika yang dianggapnya baru merupakan hal
mudah, maka mereka akan lebih cepat mengadopsinya. Beberapa jenis inovasi
bahkan harus disosialisasikan melalui komunikasi interpersonal dan kedekatan
secara fisik.
2.
Pengadopsian
Dalam tahap ini masyarakat mulai menggunakan inovasi yang mereka
pelajari. Diadopsi atau tidaknya sebuah inovasi oleh masyarakat ditentukan juga
oleh beberapa faktor. Riset membuktikan bahwa semakin besar keuntungan
yang didapat, semakin tinggi dorongan untuk mengadopsi perilaku tertentu. Adopsi inovasi juga dipengaruhi
oleh keyakinan terhadap kemampuan seseorang juga dipengaruhi oleh nilai yang dimiliki individu tersebut serta persepsi dirinya. Jika sebuah inovasi dianggapnya
menyimpang atau tidak sesuai dengan nilai yang ia anut, maka ia tidak akan
mengadopsinya. Semakin besar pengorbanan yang dikeluarkan untuk mengadopsi sebuah
inovasi, semakin kecil tingkat adopsinya.
Seseorang yang telah mengadopsi sebuah inovasi akan menyebarkan inovasi
tersebut kepada jaringan sosial di sekitarnya, sehingga sebuah inovasi bisa
secara luas diadopsi oleh masyarakat. Difusi sebuah inovasi tidak lepas dari
proses penyampaian dari satu individu ke individu lain melalui hubungan sosial yang mereka miliki. Riset menunjukkan
bahwa sebuah kelompok yang solid dan dekat satu sama lain mengadopsi inovasi melalui
kelompoknya. Dalam proses adopsi inovasi, komunikasi melalui saluran media
massa lebih cepat menyadaran masyarakat mengenai penyebaran inovasi baru dibanding
saluran komunikasi interpersonal. Komunikasi interpersonal memengaruhi manusia
untuk mengadopsi inovasi yang sebelumnya telah diperkenalkan oleh media massa.
Sementara itu tahapan
dari proses pengambilan keputusan inovasi mencakup:
1.
Tahap Munculnya
Pengetahuan (Knowledge) ketika seorang individu (atau unit pengambil
keputusan lainnya) diarahkan untuk memahami eksistensi dan keuntungan/manfaat
dan bagaimana suatu inovasi berfungsi
2.
Tahap Persuasi (Persuasion) ketika seorang individu
(atau unit pengambil keputusan lainnya) membentuk sikap baik atau tidak baik.
3.
Tahap Keputusan (Decisions) muncul ketika seorang
individu atau unit pengambil keputusan lainnya terlibat dalam aktivitas yang
mengarah pada pemilihan adopsi atau penolakan sebuah inovasi.
4.
Tahapan
Implementasi (Implementation), ketika sorang individu atau unit
pengambil keputusan lainnya menetapkan penggunaan suatu inovasi.
5.
Tahapan
Konfirmasi (Confirmation), ketika seorang individu atau unit pengambil
keputusan lainnya mencari penguatan terhadap keputusan penerimaan atau
penolakan inovasi yang sudah dibuat sebelumnya.
C. Two Steps Flow Komunikasi
Teori ini berawal dari hasil penelitian yang
dilakukan oleh Paul Lazarsfeld et.al., mengenai efek media massa dalam suatu
kampanye pemilihan presiden Amerika Serikat pada tahun 1940. Studi
tersebut dilakukan dengan asumsi bahwa proses stimulus respon bekerja dalam
menghasilkan efek media massa. Namun hasil penelitian menunjukan
sebaliknya. Efek media massa ternyata rendah, dan asumsi stimulus dan
respon tidak cukup menggambarkan realitas khalayak media massa dalam penyebaran
arus informasi dan pembentukan pendapat umum. Dalam analisisnya terhadap
penelitian tersebut, Lazarsfeld kemudian mengajukan gagasan mengenai
‘komunikasi dua tahap’ (two step flow)
dan konsep pemuka pendapat (opinion
leader). Temuan mereka mengenai kegagalan media massa dibandingkan
dengan pengaruh kontak antarpribadi telah membawa gagasan bahwa seringkali
informasi mengalir dari radio dan suratkabar kepada para pemuka pendapat, dan
dari mereka kepada orang-orang lain yang kurang aktif dalam masyarakat.
Teori
dan penelitian-penelitian two step flow memiliki asumsi-asumsi sebagai berikut
1. individu
tidak terisolasi dari kehidupan sosial, tetapi merupakan anggota dari kelompok-kelompok
sosial dalam berinteraksi dengan orang lain.
2. Respon
dan reaksi terhadap pesan dari media tidak akan terjadi secara langsung dan
segera, tetapi melalui perantaraan dan dipengaruhi oleh hubungan-hubungan sosial
tersebut.
3. Ada
dua proses yang berlangsung:
a. mengenai
penerimaan dan perhatian,
b. berkaitan
dengan respon dalam bentuk persetujuan atau penolakan terhadap upaya
mempengaruhi atau penyampaian informasi.
4. individu
tidak bersikap sama terhadap pesan/kampanye media, melainkan memiliki berbagai pesan
yang berbeda dalam proses komunikasi, dan khususnya, dapat dibagi atas mereka
yang secara aktif menerima dan meneruskan/menyebarkan gagasan dari media, dan
semata-mata mereka hanya mengandalkan hubungan personal dengan orang lain
sebagai panutannya.
Individu-individu yang berperan
lebih aktif (pemuka pendapat) ditandai dengan -penggunaan media massa lebih
besar, tingkat pergaulan yang lebih tinggi, aggapan bahwa dirinya berpengaruh
terhadap orang-orang lain, dan memiliki pesan sebagai sumber informasi dan
panutan.
Secara umum menurut teori ini media
massa tidak bekerja dalam suatu situasi kevakuman sosial, tetapi memiliki suatu
akses ke dalam jaringan hubungan sosial yang sangat kompleks dan bersaing
dengan sumber-sumber gagasan, pengetahuan, dan kekuasaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar